Sabtu, 22 September 2012

Gersangnya Tanah yang terpijak

Kegersangan, kegersangan, kegersangan yang tergambar dalam bola mataku memberi arti bahwa tidak pernah ada lagi hujan samapi saat ini
Di bawah Langit yang cerah ini, di atas tanah yang gersang ini tidak ada yang dapat membasuh tanah yang ku pijak ini
Walaupun terlihat ceria, walaupun terlihat gembira, semuanya menjadi sia-sia karena tidak ada yang sanggup membasuh tanah yang ku pijak ini
Dengan Mataku ku lihat legam tanah yang ku pijak hingga aku sulit untuk mengenali dimana sekarang aku berada
Sampai kapan kegersangan ini ada ?
Aku tidak tau
Tapi aku yakin walaupun keadaanku menjadi gersang serupa tanah yang kupijak, sepertinya aku akan tetap berdiri dan tidak perduli, walaupun hal itu adalah sikap seorang pecundang, sepertinya akan tetap seperti itu dan aku sangat Benci Hal itu
Mengapa kegersangan ini harus berjalan dan melaju bersama waktu, kenapa ia tidak memudar dan menghilang saja bersama waktu. aku menginginkan hal itu
Kegersangan ini sungguh menyiksaku,
Membuat Bunga yang kusemai dengan Cinta Layu
Membuat Kuda yang selama ini berjuang bersamaku tertunduk lesu
Apakah kegersangan ini pun harus menyeret seluruh harapanku ?
Aku tidak perduli
Yang sekarang kuperdulikan hanyalah jawaban dari pertanyaan; harus dengan cara apa aku merangsang langit menjadi kelabu agar mengundang air hujan basahi bumi ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar